Pada hari Selasa minggu ke-dua Februari setiap tahunnya, sejumlah negara di dunia menyelengarakan perayaan yang dikenal dengan Safer Internet Day (SID), alias Hari Internet Aman Dunia. Melalui SID, para pengampu kepentingan majemuk (multi stakeholder) diharapkan dapat terus mendorong berbagai inisiatif agar ranah maya menjadi wahana yang aman dan nyaman bagi anak untuk mengembangan potensi diri dan mengeksplorasi pengetahuan. SID tahun ini berlangsung serentak pada hari ini, 9 Februari, dengan tema global “Play Your Part for a Better Internet” (Lakukan Peranmu demi Internet Lebih Baik).
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (@APJII), terdapat 88.1 juta orang pengguna Internet di Indonesia. Adapun dari total jumlah tersebut, 80%-nya adalah digital native (alamiah digital). Digital native adalah mereka yang secara umum lahir tahun 1980 dan sesudahnya. Pada tahun 1980 kala itu, Bulletin Board Systems (BBS) dan Usenet, dua teknologi yang menjadi tahapan penting dalam mewujudkan Internet yang kita kenal saat ini, mulai digunakan untuk pertama kali. Mereka yang lahir pada tahun 1980 dan sesudahnya tersebut, dalam kehidupan masa kecil hingga di usia saat ini, sudah relatif lebih akrab dan terbiasa dengan teknologi digital, termasuk Internet.
Signifikannya jumlah pengguna Internet usia muda perlu disikapi oleh pengampu kebijakan dan masyarakat umum, khususnya orang tua dan guru, dengan memberikan pemahaman serta bimbingan kepada anak dan/atau murid mengenai literasi digital. Ketika menyebutkan istilah digital native, tentu saja tidak sekedar berdasarkan tahun kelahiran maupun tentang penggunaan Internet. Satu syarat mutlak seseorang dapat dinyatakan sebagai digital native adalah kemampuan untuk menggunakan, menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat serta mengkomunikasikan informasi yang ada di Internet dengan kecapakan kognitif maupun teknikal yang memadai. Inilah yang kemudian disebut sebagai “berkemampuan literasi digital” (digital literate)
Literasi digital sudah diyakini sebagai kebutuhan, setidaknya berdasarkan hasil jajak pendapat sederhana yang dilakukan ICT Watch terhadap 165 (seratus enam puluh lima) Guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMA se-Jabodetabek, Sukabumi dan Cilegon ketika mengikuti pelatihan kompetensi yang difasilitasi Universitas Pancasila, pada 8 Desember 2015. Salah satu temanya adalah tentang Internet Sehat. Berikut ini adalah beberapa poin dari hasil jajak pendapat tersebut.
Memberikan edukasi tentang literasi digital adalah satu hal, namun tidak berarti orang tua bisa lepas tangan begitu saja atas keselamatan dan kenyamanan putra-putrinya ketika menggunakan Internet. Penggunaan Internet oleh anak membutuhkan tanggung jawab kedua belah pihak, baik orang tua maupun anak tersebut. Dalam hal ini, ada tiga hal yang perlu didiskusikan antara orang tua dan anak.
Memberikan hak akses Internet kepada anak memerlukan kewajiban yang disepakati bersama. Hanya dengan demikian, maka Internet dapat memberikan manfaat optimal bagi tumbuh kembang anak secara pengetahuan dan kepribadian. Pada jangka panjangnya, penggunaan Internet akan mendorong produktivitas dan kreativitas mereka dalam hidup bermasyarakat. Mari gunakan kesempatan peringatan Hari Internet Aman Dunia ini untuk terus menyuarakan pentingnya menginisiasi dan mengembangkan literasi digital kepada anak dan murid kita, selaras dengan memperkuat peran orang tua dan guru dalam membimbing dan mengarahkan mereka.
***
@donnybu adalah Direktur Eksekutif ICT Watch, organisasi masyarakat sipil yang menginisiasi dan menjalankan kampanye Internet Sehat di Indonesia sejak 2002. Informasi tentang Internet Sehat dapat diakses melalui situs www.internetsehat.id dan @internetsehat.
Did someone say … cookies?
X and its partners use cookies to provide you with a better, safer and
faster service and to support our business. Some cookies are necessary to use
our services, improve our services, and make sure they work properly.
Show more about your choices.